Minggu, 13 September 2009

Kalau Kita Mau Minta, Allah Pasti Kasih

Jangan pernah putus asa terhadap rahmat dan kasih sayang Allah. Jangan pernah mengeluh tentang nasibnya yang mungkin (sedang) tidak baik. Apalagi membandingkan usaha dan ibadah kita di sisi Allah dengan nasib (buruk) yang sedang kita alami. Karena sesungguhnya nikmat yang Allah berikan kepada kita itu tidak ada hubungannya dengan amal ibadah kita. Artinya, Allah memberikan karunia-Nya bukan karena kita mengamalkan ini dan itu atau kualitas ibadah kita yang luar biasa. Allah itu Maha Pemurah. Bahkan Allah kasih kita makanan terbaik sebelum kita melakukan apapun untuk memujiNya. Tidak tanggung-tanggung, stok dua tahun Allah sediakan. Dia adalah air susu ibu. Seorang bayi yang belum mampu berbuat apa-apa dipersialkan menikmatinya selama 2 tahun. Saran para pakar bahkan, selama 6 bulan cukup dikasih ASI eksklusif dsaja, tanpa tambahan makanan yang lain.

Itu adalah bukti. Bukti bahwa tanpa diminta pun Allah kasih. Apalagi jika kita mau meminta kepada-Nya.

Ini adalah peristiwa yang pernah saya alami belasan tahun silam. Waktu itu saya masih duduk di kelas 2 SMA. Sebagai seorang anak remaja yang sedang mencari jati diri, apa yang saya anggap benar pada waktu itu pasti saya pertahankan sekuat tenaga. Hingga karena sikap ini, sering terjadi benturan antara anak dan orang tua. Apalagi kalau orang tua tidak mau tahu dengan kondisi anak yang seperti itu.

Singkat cerita, malam itu saya merasa menjadi orang yang paling traniaya. Tekad saya sangat kuat. Kabur dari rumah. Orang tua sudah tidak menganggapku sabagai anak, pikir saya waktu itu. Di antara tujuh bersaudara, saya adalah orang yang paling keras dalam bersikap kepada bapak. Tetapi sikap itu hilang sama sekali sejak saya kuliah di STAN dan ikut kajian dasar-dasar keislaman (KD2I) di kampus. Sikap saya berubah 180 derajat terhadap bapak. Saya menjadi orang yang paling halus tutur katanya, meski beda pendapat tetap tak berubah.

Kembali kepada peristiwa malam itu. Terjadi 'pertarungan' tak seimbang. Singkat cerita, saya hampir tak sadar. Termasuk benar-benar tidak sadar bahwa jam tangan hadiah dari kakakuu yang tadinya melingkar di tangan kiriku, sudah tak lagi di sana. Saya baru sadar setelah berjalan meninggalkan rumah cukup jauh. Tidak ingin kehilangan jam tangan tercinta, saya pun balik menuju TKP. Lama saya mencarinya. Di setiap jengkal tanah kucoba mencari. Hasilnya... nihil. Tidak ada. Tidak ketemu. Hatiku sangat sedih. Saya pun pasrah kepada Allah.

Malam itu saya urungkan untuk minggat dari rumah. Saya tidur di langgar dekat rumah. Sebelum tidur saya mengambil air wudhu dan melakukan sholat dua rakaat. Saya berdoa sambil menangis. Saya meminta kepada Allah agar mencarikan dan mengembalikan jam tangan saya. Setelah itu baru tidur.

Dalam tidurku saya bermimpi. Mimpi yang tak kan pernah lupa.
Dalam mimpi saya berjalan keluar langgar menuju TKP. Dengan sangat nyata saya melihat tangan saya mengambil jam tangan saya. Dan mimpi itu pergi begitu saja tanpa mengusik tidurku. Saya tetap tertidur sampai bangun sebelum orang-orang datang mau sholat subuh. Tanpa berpikir panjang, saya bergegas menuju TKP, mengikuti apa saya lihat di dalam mimpi.

Sungguh sangat luar biasa. Mimpi yang nyata. Saya pun menangis kembali. Tetapi bukan tangisan penderitaan. Ini adalah tangisan kegembiraan. "Terima kasih ya Allah, Engkau menjawab langsung permintaan saya," pikir saya pada waktu itu.
Sejak saat itu saya tak pernah ragu untuk meminta kepada Allah. Sejak saat itu, apalagi kemudian kuliah di STAN Prodip Keuangan Jakarta dan ikut KD2I, keyakinanku semakin bertambah, bahwa kalau kita mau minta kepada Allah, pasti Allah akan berikan. Makanya, apapun saya tak akan meinta kepada selainNya. Saya meminta sesuatu hanya kepada Allah melalui doa-doa saya.

Jangan pernah berpikir tentang logika ketika berdoa. Jangan pernah berpikir bagaimana cara Allah mewujudkan permintaan kita. Sebab Dia punya cara sendiri bagaimana mewujudkannya yang sering kali berbeda dengan yang kita pikirkan atau bahkan tidak pernah terpikir sama sekali. Wallahu a'lam bishshawab.