Selasa, 03 Maret 2009

Mengharap Pertolongan Allah

Kemenangan kaum muslimin pada pertempuran di Lembah Badar adalah sebuah fenomena. Pertempuran tidak seimbang itu disaksikan oleh suku-suku di luar suku Quraisy. Mereka ingin melihat kekalahan kaum muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah saw. Dari segi jumlah pasukan Rasulullah terlalu sedikit dibanding jumlah pasukan musuh. dari segi persejnataan, pasukan Quraisy jau lebih lengkap dan canggih untuk ukuran pada waktu itu. Namun yang terjadi adalah di luar perkiraan semua orang. Analisa para pengamat berantakan. Tidak ada yang benar.
Lain lagi peristiwa perang Uhud. Sejatinya Rasulullah menghendaki menunggu pasukan Quraisy di dalam Kota Madinah. Tetapi desakan sahabat-sahabat, terutama yang tidak ikut perang badar, membuat Nabi memutuskan akan menyonsong musuh di luar kota. Terjadilah perselisihan pendapat antara kelompok yang mendukung dan menolak keluar kota. Dengan dimotori oleh orang-orang munafik, perbedaan pendapat semakin parah. Puncaknya, dua ratusan orang menyatakan tidak melanjutkan perjalanan. Di antara mereka masih ada yang tetap bersama Rasulullah dengan segala keraguan dan keinginan mendapatkan ghanimah. Di dalam pasukan muslim tidak semuanya berdasarkan keyakinan yang kuat bahwa perjuangan ini adalah perjuangan untuk menegakkan kebenaran. Terselip motivasi lain di antara mereka, meski jumlahnya tidak terlalu signifikan. Tetapi cukup mengganggu soliditas jamaah pasukan. Hasilnya, 'babak pertama' perang Uhud, kaum muslimin mengalami kekalahan luar biasa. Bahkan Rasulullah hampir saja terbunuh.
Sehabis kejadian itu, Rasulullah lantas memanggil seluruh sahabat yang pernah berbaiat (berjanji setia dg beliau), selain mereka, tidak dipanggil oleh Rasul saw. Kesetiaan dan keimanan orang-orang ini tidak diragukan lagi. Bersama mereka Rasulullah saw mengejar pasukan Quraisy pimpinan Khalid bin Walid dan memporakporandakannya. 'Babak kedua' pun dimenangkan oleh Rasulullah bersama orang-orang pilihan.
Peristiwa Perang Hunain menyisakan pelajaran lain yang tak kalah berharga bagi kaum muslimin, pejuang kebenaran. Kepercayaan diri yang berlebihan, bahkan sampai pada tingkat takjub terhadap diri sendiri, meski hanya dari segelintir orang, telah mendatangkan malapetaka. Kaum muslimin yang jumlahnya jauh lebih banyak dari pasukan musuh, tercerai berai. Kekalahan telak terjadi di perang ini, kejadian yang sungguh tidak masuk akal mengingat jumlah pasukan yang dimilikinya pada waktu itu. Hingga akhirnya Allah SWT 'turun tangan' menghancurkan musuh-musuh-Nya.
Lain dari ketiga peperangan terdahulu, Perang Tabuk adalah karunia Allah yang tiada terkira atas pengorbanan dan kesungguhan kaum muslimin dalam menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya. Banyak terpampang kisah heroik dari seorang Umar bin Khattab yang menginfakkan setengah dari hartanya, atau Usman bin Affan yang menginfakkan seribu dinar secara sembunyi-sembunyi, atau bahkan Abu Bakar Assidiq yang tidak menyisakan sesuatu apapun untuk keluarganya kecuali Allah dan Rasulullah saw. Ada orang-orang yang tanpa berat hati menunda kesenangannya bersama istri baru dan buah-buahan yang siap panen di Kota Madinah 'sekedar' untuk menyusul Rasulullah saw bersama sahabat-sahabat yang hendak menghadapi perang Tabuk yang jaraknya lebih dari 300 km.
Kenyataannya, sesampai di Tabuk, tidak ada peperangan yang terjadi. Allah telah menundukkan penduduknya untuk berserah diri kepada Allah dan Rasulullah. Kesungguhan dan pengorbanan yang luar biasa dalam menyambut seruan Allah telah memberikan hasil yang manis. Pertolongan Allah datang tanpa diminta. Allah memenangkan hamba-hamba-Nya.
Di zaman sekarang, peperangan secara fisik tidak terjadi, dan mudah-mudahan tidak akan terjadi. Perjuangan menegakkan kebenaran dilakukan dengan cara lain. Perjuangan di jalur politik menjadi jalan yang dapat ditempuh saat ini. Akankah kebenaran terlindungi ataukah dipinggirkan tergantung hasil perjuangan politik ini. Dan kemenangan tidak akan pernah datang tanpa pertolongan dari Allah SWT. Dan pertolongan Allah tidak akan datang kepada mereka yang di dalam hatinya ada motivasi lain selain untuk memperjuangkan kebenaran. Tidak akan datang kepada mereka yang ada keraguan terhadap kekuasaan dan kesaan Allah SWT. Tidak akan datang kepada mereka yang tidak mau menunda kesenangan, mau bersusah payah menyambut seruan Ilahi. Tidak akan datang kepada mereka.
Kepada kita, kaum muslimin di blok mana pun kita berjuang, kalau masih ada sifat-sifat ini, jangan berharap datang pertolongan Allah SWT. Allah tidak berkepentingan deng an orang-orang yang hanya berjuang untuk kepentingan dirinya sendiri.
Selamat berjuang. Selamat menikmati pesta demokrasi 2009. Semoga Allah SWT membimbing kita.
Wallahu a'lam bishawab.

Tidak ada komentar: