Rabu, 04 Maret 2009

Satu Lagi Bukti Maha Kasih-nya Allah

Akhir tahun anggaran adalah saat-saat sibuk bagi kantor saya. Sibuk melayani permintaan pencairan dana APBN. Satker (satuan kerja) sukanya menunggu batas akhir waktu permintaan pembayaran. Kebiasaan umum bangsa ini. Padahal kalau direncanakan secara tertib dan rapi, pencairan dana APBN bisa dilakukan setiap bulan sepanjang tahun. Tapi yah, begitulah, sudah 'tradisi' susah diubah. Makanya tingkat emosional pegawai menjadi tinggi, terutama para bos.
Tahun 2008 merupakan tahun yang amat berat di sektor keuangan. Beban APBN menjadi membengkak gara-gara resesi dunia. Kepanikan tidak hanya dialami oleh para pengusaha (swasta), pemerintah pun dilanda hal serupa. Sementara satker-satker tidak melakukan penyerapan anggaran sesuai target.
Lalu dibuatlah mekanisme dan sarana agar satuan kerja melaksanakan penyerapan APBN secara optimal. Kantor pusat mmbuat aplikasi rencana dan realisasi anggaran (PERAN). kantor saya bertugas men-sosialisasikan aplikasi itu dan menghimpun serta melaporkannya ke kantor pusat. Dan tugsa itu jatuh ke pundak saya.
Program/aplikasi itu adalah program baru. Belum pernah ada sosialisasi. Tetapi karena perintah dan tuntutan tanggung jawab, saya pelajari dan saya laksanakan dengan sungguh-sungguh. Sering kali pekerjaan itu tidak selesai dlbuat dari pagi sampai sore. jadilah saya kembali ke kantor setelah mandi, makan dan tentu saja sholat maghrib. Sampai tengah malam saya kerjakan, sendirian. Tugas ini dikejar waktu. Dipantau langsung oleh bos. Tekanan mental sudah tentu sangat besar.
Kesungguhan saya dalam melaksanakan tugas itu rupanya belum memuaskan bos. Ada saja alasan untuk tidak puas atas hasil dari pelaksanaan tugas itu. Bahkan tidak hanya satu kali direndahkan di hadapan teman-teman kantor pada rapat kantor. Bagi saya, ini sudah risiko. Risiko mjd orang kecil. harus bersabar dan terus berupaya memperbaiki diri baik sikap maupun cara kerja. Meski tingkat emosi saya menjadi cukup labil dibuatnya. Apalagi ketika tahu di bulan Nopember, ada sosialisasi/pelatihan tentang tugas yang sedang saya kerjakan itu, yang dikirim ke Jakarta malah pegawai lain. Iri? Tentu tidak. Rizqi sudah ditetapkan oleh Allah bagian masing-masing. Saya juga tetap bekerja dg sebaik-baiknya. Sebab kalau tidak malah tambah parah. Tekanan itu. Teman-teman satu bagian pada tahu kondisi ini. Dan, alhamdulillah, saya tetap bisa bersabar. Saya yakin, kasih sayang Allah tidak akan pernah putus kepada hamba-Nya.
Dan benar. Akhir bulan Pebruari kemarin, ada pengumuman dari kantor pusat. Pelatihan jurnalistik, peserta diseleksi. Syaratnya mengirim satu buah tulisan tentang ekonomi atau tupoksi kantor. Saya mengirimkan tulisan tentang fenomena penyerapan APBN, aplikasi peran yang sempat menjadikan mental saya down. dalam hati, ketika menulis ttg itu, saya berkata, bisa jadi ini akan mengantar saya ke jakarta. Pekerjaan yang telah membuat hati dan tenaga saya lelah. Dan benar. saya akan berangkat karenanya. Dan benar. Allah telah membalas dengan limpahan kasih sayang-Nya kepada saya.
Pelajaran: bersabar terhadap apa saja yang menimpa kita seraya tetap menjaga komitmen. Insya Allah, hasil manis yang akan diperoleh.
Wallahu a'lam bishawab.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

tulisan bang kismanto membuat saya ingin kembali ke blog ini. terima kasih sudah sharing ya mas bambang

Bambang Kismanto mengatakan...

makasih ya... duhai yang berhati mulia.. semoga Allah memberi keberkahan kepadamu. aku sangat tersanjung...