Rabu, 10 September 2008

salam

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ibuku berpetuah: dalam semua keadaan kita harus selalu bersyukur.
Sebab kita tidak tahu apa lagi yang akan kita dapati. Yang kita tahu adalah bahwa Gusti Allah tidak pernah bermaksud buruk terhadap hamba-hamba-Nya yang bersyukur. Apa yang kalian dapat adalah karunia Gusti Allah, sekecil apapun karunia itu, kita anggap sesuatu yang besar. Syukur kita itu harus kita tunjukkan dengan kemauan kita untuk berkorban entah waktu, tenaga, kesenangan, harta atau bahkan nyawa untuk Gusti Allah, Rabb Pencipta dan penjamin hidup kita. Nah, pengorbanan itu, sebesar apapun menurut perasaan kita, harus kita anggap kecil di hadapan Gusti Allah. Sebab kita adalah seorang hamba. Tidak bisa hidup tanpa belas kasih sayang-Nya.
Mengenai idola, Bapak-ku memberi nasihat: Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini yang pantas untuk diikuti dan ditiru segala perkataan dan tingkah lakunya. Kacuali seorang yang berhati lembut, tidak pernah membedakan status sosial dan warna kulit dalam pergaulannya, tidak pernah berkhianat, kepada musuh sekalipun, tidak ada cela dalam akhlaknya, tidak ada orang yang pernah tersakiti oleh lisannya selama hidupnya, seorang pemimpin sejati, merasakan lapar seperti orang-orang yang dipimpinnya ketika mereka lapar, orang yang terakhir kenyang diantara orang-orang yang dia pimpin. Tidak pernah berlama-lama menahan harta yang mampir kepadanya, dia selalau bersegera membagi-bagikan kepada orang lain yang membutuhkan. Dialah Nabi Muhammad saw, manusia paling mulia sepanjang zaman. Allah dan para malaikat bershalawat kepadanya. Maka tidak ada alasan untuk kita tidak selalu melantunkan shalawat kepada beliau dari hati yang paling dalam.
Kakak saya menambahkan: Kita juga harus meneladani orang-orang yang hidupnya dipenuhi dengan cinta kepada Rasul. Cinta kepada risalah yang ditinggal Kanjeng Nabi. Yang cinta itu duwujudkan dalam perilaku keseharian sesuai tuntunan dan petunjuk yang beliau wariskan yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul.
Saya sendiri meyakini: Bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan. Pasti ada ujung dari perjalanan ini. Dan dalam perjalanan pasti membutuhkan perbekalan. Bekal yang cukup atau bahkan berlebih, maka nikmat ketika sudah sampai di tempat tujuan pastilah akan dirasakan. Nah ujung perjalanan kita adalah bertemu dengan Gusti Allah. Setelah bertemu kita akan menunjukkan bekal perjalanan kita masing-masing. Bekal yang baik pasti akan mendatangkan kasih sayang Gusti Allah, sebagai tujuan akhir perjalanan hidup kita. Tapi kalau bekal itu tidak ada atau bekal yang dibawa itu tidak baik, maka Allah pasti akan murka. Dan kemurkaan, dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia, tidak pernah berakibat manis. Kemurkaan selalu menghadirkan sengsara. Dan kemurkaan Allah saat itu akan dirasakan dalam masa yang sangat panjang, bahkan bisa jadi selamanya. Bekal yang baik adalah TAQWA. Menuruti apa yang dikehendaki oleh Allah. Yang diperintahkan kita jalankan, yang dilarang kita jauhi. Apa yang dicontohkan oleh Kanjeng Nabi kita amalkan, yang dilarang dan tidak dicontohkan kita tinggalkan.
Adik saya bertanya: Terus apakah kita tidak boleh bersenang-senang di dunia ini. Sungguh kasihan dong manusia kalau begitu.
Saya menasihati adik saya: Kesenangan itu adalah perasaan. Tidak ada sangkut pautnya dengan ada tidaknya harta pada diri kita. Tidak juga hadir dari sebuah kebebasan mengikuti hawa nafsu kita. Banyak orang yang tak berharta, tetapi mereka bahagia sepanjang hidupnya, hari-harinya selalu dihiasi dengan senyum merekah yang menyejukkan bagi siapa saja yang melihatnya. Kanjeng Nabi pun juga tidak meninggalkan sesuatu barang yang berharga ketika beliau wafat. Tetapi dalam hidup beliau selalu bahagia. Tidak bersedih karena ketiadaan harta benda. Beliau sedih jika melihat umat dalam ancaman api neraka.
Kebebasan juga bukan sumber kebahagiaan. Mengikuti aturan adalah sumber ketenangan, dan ketenangan hati itulah yang akan melahirkan kebahagiaan.
Jadi taat mengikuti aturan baik perintah maupun larangan Gusti Allah akan melahirkan kesenangan dan kebahagiaan. tergantung perasaan kita. Kalau kita rasa-rasakan berat, ya kita akan tersiksa. Tetapi kalau kita rasa-rasakan ringan dan menyenangkan, ya kita akan senang dengan setiap perintah dan larangan Gusti Allah yang berlaku pada kita.
Para Pembaca yang saya hormati. Melalui tulisan perdana ini saya ingin berkenalan dengan Anda sekalian. Semoga bisa menambah banyak teman untuk berbagi cinta dan kebaikan untuk kita petik manfaatnya di ujung perjalanan kita.
Salam Kenal. Bambang Kismanto alias Muhammad Ibadurrahman alias Muhammad Ibadinoor.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kok nggak pernah di isi lagi seh?????????(Iffah)_